Saturday, April 24, 2021

Lara

Pada luka belasan tahun lalu, yang seketika luruh, menjadi tangis dan sesak. Ternyata waktu masih enggan membantu, di balik pintu kamar air mata membasahi tembok bisu. 


Pada penggores luka belasan tahun lalu, ada jiwa terkungkung amarah. Ia menangis seketika, dan diam seribu bahasa.


Dipendam, terpendam, semua lara.


Hari berganti, beberapa orang mati. Tapi anak kecil itu berhenti tumbuh. Di raga dewasa nya Ia setengah mati bertahan, tersenyum, dan seakan luka tak lagi menganga. 


Duhai Tuhan. 

Mahal sekali. 

Bisa aku dapatkan potongan? 

Untuk sekadar sembuh.. dan hidup.