Dari awal semuanya memang sulit diterima. Sangat sulit. Si pemilih kemudian tak terpilih. Setelah sekian tahun, sembunyi dibalik diam.
Sesuatu memaksanya bicara, pada makhluk yang tak berdaya.
Padahal perkara hati, dia tahan sendiri.
Jatuh hati pada pandang pertama.
Sulit dicerna, lalu mencerca.
Jatuh hati pada raga yang tak henti.
Berkelana sampai mati.
Akal siapa yang sanggup menyambut?
Keterbukaan terlalu dini.
Ditinggal sang abdi.
Lakon sendiri.
Drama yang tersisi.
Akhirnya...
Kembali sadar, pengharapan pada makhluk layaknya mengiris sembilu hati.
Akhirnya...
Kembali terluka, pengharapan pada makhluk hanya kan perih..
Tapi, dari biasa kau memang luar biasa.
Caramu buat kujatuh, lalu luka.
Friday, December 29, 2017
Sunday, December 17, 2017
Rindu itu Kini Usai
Sebenarnya aku lelah, merasakan rindu.
Melihat kau terdiam.
Aku juga lemah, saat kata-kata mudah bagiku.
Kau begitu sulit menyapa.
Hari itu sudah berlalu.
Hari itu sudah lalu.
Singkat dan cepat sekali.
Aku gugup, ternyata aku pulang dengan rindu.
Hari itu menakutkan.
Terasa panjang dan melelahkan.
Malam yang aneh.
Malam yang menjalaninya, aku bingung.
Berhari-hari, aku pasrah atas rindu yang kau tabur.
Berhari-hari aku terima, rindu yang kian menjalar.
Merasuki, merusak nalar.
Ternyata kau kabur, keluar dari permainan.
Ini bukan hal yang bisa dimainkan seorang, Tuan.
Tapi... aku. Memang bukan urusanmu.
Demikian.
Ku akhiri rindu yang mengharapmu.
Selamat jalan, selamat tinggal.
Kelak, bertahun lalu..
Kita kembali bertemu.
Aku akan sadar, bahwa pernah rindu.
dan itu bukan kesalahan, apalagi kebodohan.
Karena itu kamu.
Harumi, 15 Des 17
16:04, Palembang
Melihat kau terdiam.
Aku juga lemah, saat kata-kata mudah bagiku.
Kau begitu sulit menyapa.
Hari itu sudah berlalu.
Hari itu sudah lalu.
Singkat dan cepat sekali.
Aku gugup, ternyata aku pulang dengan rindu.
Hari itu menakutkan.
Terasa panjang dan melelahkan.
Malam yang aneh.
Malam yang menjalaninya, aku bingung.
Berhari-hari, aku pasrah atas rindu yang kau tabur.
Berhari-hari aku terima, rindu yang kian menjalar.
Merasuki, merusak nalar.
Ternyata kau kabur, keluar dari permainan.
Ini bukan hal yang bisa dimainkan seorang, Tuan.
Tapi... aku. Memang bukan urusanmu.
Demikian.
Ku akhiri rindu yang mengharapmu.
Selamat jalan, selamat tinggal.
Kelak, bertahun lalu..
Kita kembali bertemu.
Aku akan sadar, bahwa pernah rindu.
dan itu bukan kesalahan, apalagi kebodohan.
Karena itu kamu.
Harumi, 15 Des 17
16:04, Palembang
Subscribe to:
Posts (Atom)